Sebagai anak laki-laki jadul pasti senang main layang-layang atau
layangan. Bahkan layangan tidak saja dimainkan oleh anak-anak tapi juga
oleh orang tua. Kalau lagi musim main layangan tiap hari mulai siang
sampai hampir maghrib banyak sekali orang mengadu layangan. Nah cerita
ini terjadi saat aku masih sekolah TK. Hari itu hari Minggu jadi tidak
kesekolah. Masih pagi sekitar jam 8.00 aku sudah mengambil layangan dan
coba menaikkan layangan. Pagi itu udara masih tenang belum ada angin
bertiup. Tapi namanya anak kecil tidak mikir ada angin apa tidak. Yang
penting main layangan. Disuruh makanpun bilang nanti saja.
Waktu itu aku ikut pamannya ibu saya, rumahnya merangkap sebagai warung kelontong. Rumahnya dipinggir jalan dipertigaan jalan. Kendaraan yang dominan saat itu adalah delman. Ditempatku delman disebut dokar. Di jalan sekitar warung itu merupakan tempat dokar mangkal / parkir menunggu penumpang. Biasanya jika sudah “narik” saat mangkal kuda diberi minum dan makan. Makanan kuda adalah rumput yang sudah dipotong kecil-kecil (dicacah) dicampur dedak dan diberi air. Makanan kuda tersebut ditaruh didalam ember (didaerahku disebut komboran)
Aku main didepan rumah dan sekitarnya. Karena belum lihai dan tidak ada angin maka layangan pun tidak naik-naik. Namun begitu aku terus saja mencoba. Kalau kurang angin, main layangan biasanya menaikkannya sambil mundur-mundur. Demikian juga aku terus mencoba dengan manarik-narik benang layangan dan sambil mundur.
Kalau sudah begitu tidak lagi memperhatikan sekitar, yang dilihat adalah layangan (yang nggak naik-naik). Saat mundur terus itu tiba-tiba .... gubrak ....aku tersandung benda yang ada dibelakangku. Benda itu tak lain ember tempat makanan kuda. Akupun jatuh terduduk di ember tempat makan kuda alias komboran itu. Sakitnya tidak seberapa tapi saat aku terduduk diember itu kepala kuda berada diatas kepalaku dengan giginya yang gede-gede. Aku takut kalau digigit, maka aku menangis keras-keras. Kemudian ditolong oleh pak Kusir dan dibawa masuk kerumah. Celana belepotan dedak dan rumput. Untungnya (orang Jawa selalu dapat untung) kuda tadi tidak kaget. Kalau kaget dan terus lari bisa-bisa aku tertabrak / terlindas dokarnya. Sejak itu aku tidak boleh lagi main layangan dijalanan.